Langsung ke konten utama

Garuda yang Terabaikan (Masalah dan Tanggung Jawab Kita semua)

Oleh: AznilM


Bangsa yang besar itulah kata-kata yang banyak disematkan Orang/Bangsa lain untuk Bangsa Indonesia ini, apakah itu mereka nilai dari luas geografis ataukah dari perjalanan panjang sejarah Bangsa ini yang bisa kita bangga kan dibandingkan negara lain yang minim akan identitas bangsa yangg beraneka ragam. memang itu semua harus kita akui dan kita banggakan sehingga Pancasila bisa memekarkan sayapnya sebagai pondasi Bangsa Indonesia. Disisi lain kita harus akui begitu kompleks masalah diberbagai bidang baik dari segi Agama, sosial, Politik, Pendidikan, Moral dan Budaya, semakin memprihatinkan. Garuda yang dulunya gagah berani memandang kedepan membuat Bangsa lain  takjub, sekarang menjadi pesimistis dengan masalah yang tak kunjung usai.

Saya sebagai penulis Tulisan ini, salah satu diantara banyak generasi yang masih percaya dan optimis bahwa bangsa Indonesia ini sedang dalam proses menuju kemajuan dalam bidang ekonomi, Politik. tapi tidak halnya dengan Agama, Sosial, pendidikan dan Budaya. karena semakin minimnya Tontonan menjadi tuntunan buat generasi penerus bangsa ini, Budaya yang dulunya menjadi dasar pancasila berdiri sekarang sudah mulai terkikis dengan kemajuan globalisasi, Agama yang seharusnya menjadi pondasi hidup Manusia dan Bangsa ini sekarang entah kenapa dikesampingkan dalam tindakan dan pemikiran, Kehidupan sosial Bangsa indonesia yang dulunya bergandengan tangan kini terbantahkan dengan perbedaan status dan golongan. akankah kita hanya berdiam diri dan mengatakan "Biarkan Hidup Seperti Air Mengalir"? tentu kita harus memikirkan generasi yang hidup setelah kita nanti. Bukan hidup namanya jika mamfaatnya hanya sesaat, bukan bangsa namanya jika pondasinya terkikis zaman.

1. Agama Yang Dikesampingkan.

Agama yang seharusnya menjadi pondasi hidup manusia dan akar Budaya sakarang sudah sedikit dikesamping dalam bertindak. Jumlah Penduduk negara Indonesia yang lebih kurang 241.452.952 jiwa, yang hampir 90% adalah Agama Muslim seakan-akan tinggal statistik, begitu banyak perpecahan yang disebabkan oleh mereka sendiri dan itupun diakibatkan masalah yang sepele. Allahu Akbar yang sakral seakan-akan begithu mudah diucaptkan untuk ambisi pribadi. yang satu teriak Allahu akbar, yang Lain Teriak Allahu Akbar, Siapa lawan dan siapa kawan?. Agama yang seharus nya kita bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah. inilah yang harus kita koreksi kembali pada diri kita masing-masing.

Para Petinggi/pejabat Bangsa ini yang banyak menebarkan Virus demokrasi negatif seakan-akan bertindak dengan menggadaikan dan mengesampingkan agama, dengan Korupsi  yang merajalela, hujatan yang dilontarkan sesama mereka yang bersifat saling menjatuhkan sehingga menjatuhkan mental masyarkat terhadap bangsa yang besar ini. entah siapa yang benar siapa yang salah.? itu semua kita harus pintar dalam menilai mereka yang berdasi.

2. Sosial dan Budaya Yang Tergadaikan

Luas Wilayah Indonesia Yang Luas terdiri dari berbagai wilayah, Suku, dan Budaya yang berebada-beda disatukan oleh sebuah konsep Bineka Tunggal Ika "Walaupun Berbeda-Beda Tetap Satu". yang tidak dimiliki negara manapun dibelahan bumi ini. dahulunya kita adalah negara yang kental dengan sosial budaya kini seakan-akan mulai terkikis dengan datangnya Era Globalisai.

Dari masalah ini timbulah berbagai pertanyaan dari saya sebagai penulis, siapakah yang patut untuk disalahkan.? Era Globalilsasi yang Datang kah? atau kita yang tidak siap menghadapi Era yang seperti ini.? inilah yang kita fikirkan bersama-sama. hidup tidak akan pernah sama dan akan terus berkembang dengan kebutuhan-kebutuhan atau tingkatan hidup manusia itu sendiri. jadi tergantung bagaimana kecerdasan kita dalam menghadapi berbagai Era yang akan terus berkembang. namun sangat disayangkan kesiapan Pejabat atau generasi penerus bangsa ini berbanding terbalik dengan era yg terus berkembang atau tidak siap menghadapi era yg seperti ini.

Cagar-cagar budaya yang seharusnya dipertahankan sebagai identitas bangsa atau daerah sekarang banyak digadaikan pemerintah untuk pembangunan yang bersifat politik, hidup yang dulunya berdampingan sekarang dibatasi oleh status dan jabatan seseorang, suku yang berbeda-berbeda  sekarang retak dengan perselisihan yang silih berganti antar suku. semuanya seakan-akan diabaikan demi ambisi pribadi. Kemana Indonesiaku yang dulu.? Indonesia yang satu padu ditengah perbedaan Ras,dan Agama. Indonesia yang bersatu untuk kemajuan bangsa, bukan bersatu demi kepentingan politik dan kekuasaan. perlu kita koreksi diri masing-masing dan mempersiapkan diri menghadpi berbagai masalah hidup baik dalam berbangsa dan bernegara.

3. Pendidikan Yang Menggadaikan Proses Berfikir Ketimbang Nilai Hasil.

Nabi Besar Muhammad SAW bersabda "tuntutlah Ilmu mulai dari ayunan sampai keliang Lahat" dari sabda ini beararti agama juga mengajarkan atau menganjurkan kita untuk terus menuntut ilmu sampai kapanpun tanpa ada batasan umur,jabatan,atau profesi. dan Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara mengatakan "Pendidikan Adalah Pelita Dalam Kegelapan". Dari Kutipan ini saya menyimpulkan pendidikan adalah proses pembentukan pola pikir,karakter, dan prilaku seseorang untuk memfasilitasi berbagai keinginan dan cita-cita orang dalam hidup  sekarang atau dimasa depan. memang sebagian dari kita menilai finishing dari sebuah pendidikan adalah pekerjaan. menurutnya saya itu tidak seutuhnya benar, karena banyak orang yang minim akan pendidikan tapi bisa sukses dalam pekerjaan/karir yg bersifat komersial, dari kasus itu berarti pendidikan tidak ada kaitan akhirnya dengan Pekerjaan.

Dari Sabda Nabi Besar Muhammad SAW dan Kutipan Ki Hajar Dewantara diatas  inilah yang harus kita perhatikan dengan seksama bahwa pendidikan bukan hanya berkaitan dengan hidup didunia seamata tetapi juga pengembangan untuk persiapan akhirat nanti. semua Itu Tak cukup dinilai dari Kecerdasan atau nilai hasil semata tapi harus dari karakter,pola pikir,dan prilaku dari  peserta didik. saya percaya sangat banyak orang cerdas yang memiliki Intelektual bagus dinegara ini, tapi tidak diiringi dengan kecerdasan sritual, dan Emosional yang baik, sehingga melahirkan pejabat atau orang-orang hebat tapi "Korupsi", orang Intelek tapi Merugikan bangsa mereka sendiri dengan kebijakannya.  inilah masalah yang terjadi sekarang, kebanyakan para pendidik membebankan kecerdasan intelektual ketimbang menyeimbangkan kecerdasan spritual,emosional dan intelektual peserta didik. dengan melahirkan generasi yang memiliki kecerdasan spritual,emosional,dan intelektual yang baik, saya yakin bisa memberikan dampak kemajuan yang bagus terhadap seluruh aspek bangsa ini. saya rasa pendidikan yang inilah jalan satu-satunya keluar dari masalah.

Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional adalah "Mencerdaskan Kehidupan Bangsa" Cerdas Spritual,Cerdas Emosional,dan Cerdas Intelektual. sukses atau tidaknya sebuah pendidikan dinilai dari output yang dikeluarkan, bukan dari nilai hasil yang dikeluarkan semata tapi juga dari kecerdasan spritual, dan emosional manusia itu sendiri.

" Bukan hidup namanya jika mamfaatnya hanya sesaat, bukan bangsa namanya jika pondasinya terkikis zaman " (aznil)


Ditulis oleh : Aznil Mardin #AM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Pemahaman/Konsep “Cita-Cita” Diusia Remaja

Oleh: AzniM Kita masih ingat waktu masih duduk dibangku TK dan SD, sebuah pertanyaan yang selalu dilontarkan guru untuk anak didiknya, pertanyaan yang sampai sekarang masih teringat jelas seperti, apa cita-cita kalian? Atau kalian mau jadi apa? Hampir dari semua orang menjawab “cita-cita saya mau jadi Presiden,Dokter,Polisi,Astronot,dll. ” seiring dengan berkembang proses pemikiran atau pendidikan seseorang tanpa disadari semua bisa berubah dan terkadang hilang begitu saja. Semua itu tidak bisa kita salahkan dan saya sangat yakini dimasa itu bahwa jawaban spontan keluar dari mulut   seseorang tanpa konsep pemahaman yang   jelas. Karena saat itu yang kita kenal adalah sosok yang beseragam saja. Terlepas dari masa-masa waktu TK/SD dulu yang begitu semangat mengutarakan mau jadi apa dan punya cita-cita apa, sebagian diantara kita memperbaiki konsep dari cita-cita itu sesuai perkembangan pendidikan atau ilmu yg dimiliki. dan mengalihkannya kepada arah yang membuat

Tri Suryadi, S.E (Wali Feri) Pemimpin Cerdas Yang Lahir Dari Akar Rumput (Grass Root)

Tri Suryadi, S.E yang akrab disebut “Wali Feri” merupakan sosok yang saat ini menjadi buah bibir hampir disemua lapisan masyarakat Padang Pariaman, ketokohan dan sosok beliau dianggap cocok dalam memimpin daerah yang dijuluki "Piaman Laweh" itu kedepan. Kecerdasan, Kesantunan dan Karakter yang kuat dalam diri beliau, membuat dia mudah menyatu dan diterima dalam semua kalangan serta lapisan masyarakat. Tri Suryadi, S.E merupakan tokoh dan seorang politisi muda yang cerdas, kritis, dan berkararkter kuat. Kecerdasan dan karakter beliau yang khas ditengah-tengah masyarakat bukanlah terlahir secara “instan” begitu saja dan semua itu juga diakui oleh kawan dan "lawan" politiknya dipadang pariaman, karna sebelum seperti sekarang ini sosok seorang Wali Feri memanglah benar-bernar terlahir dari akar rumput (grass root). Wali Feri saat ini juga aktif sebagai Mahasiswa Magister Sosial Politik Unand,  beliau sempat merantau kenegeri orang sebelum memutuskan pulang kam