Langsung ke konten utama

Pentingnya Pemahaman/Konsep “Cita-Cita” Diusia Remaja

Oleh: AzniM



Kita masih ingat waktu masih duduk dibangku TK dan SD, sebuah pertanyaan yang selalu dilontarkan guru untuk anak didiknya, pertanyaan yang sampai sekarang masih teringat jelas seperti, apa cita-cita kalian? Atau kalian mau jadi apa? Hampir dari semua orang menjawab “cita-cita saya mau jadi Presiden,Dokter,Polisi,Astronot,dll. ” seiring dengan berkembang proses pemikiran atau pendidikan seseorang tanpa disadari semua bisa berubah dan terkadang hilang begitu saja. Semua itu tidak bisa kita salahkan dan saya sangat yakini dimasa itu bahwa jawaban spontan keluar dari mulut  seseorang tanpa konsep pemahaman yang  jelas. Karena saat itu yang kita kenal adalah sosok yang beseragam saja.

Terlepas dari masa-masa waktu TK/SD dulu yang begitu semangat mengutarakan mau jadi apa dan punya cita-cita apa, sebagian diantara kita memperbaiki konsep dari cita-cita itu sesuai perkembangan pendidikan atau ilmu yg dimiliki. dan mengalihkannya kepada arah yang membuat kita ingin menjadi sesuatu yang sesuai dengan karakter atau bakat masing-masing, tapi masih  banyak juga diantara kita yang seakan-akan hilang begitu saja. Dan banyak yang saya dengar dari orang lain mengatakan “hidup ini biarkan seperti air mengalir” atau mengatakan “bacito-cito jan tinggi-tinggi bana, beko jatuah, sakik rasonyo (cita-cita tidak usah tinggi, nanti tidak kesampaian, jadi kecewa)” ada juga yg mengatakan “Jalan Hidup sudah diatur sama yang diatas (Allah swt) . inilah menurut saya pokok permasalahn yang harus diluruskan sebuah konsep yang tidak sesuai dengan tujuan bercita-cita itu sendiri. Secara tidak langsung menakut-nakuti generasi yang akan datang untuk berani mengambil tantangan yang baru dalam hidup sehingga menjadikan generasi takut akan sebuah proses hidup yang disebut “kegagalan”. sedangkan Allah swt telah menegaskan dan berfirman Qs. ar-rad :11 “allah swt tidak akan merubah nasib suatu kaum/seseorang, kecuali mereka sendiri yang merubahnya”.

Salah satu kata bijak yang sering kali kita dengar “Letakan Cita-Citamu Setinggi Bintang Dilangit, Rendahkan Hatimu Serendah Mutiara Dilautan".  Menurut saya sebagai penulis tulisan ini, cita-cita adalah gambaran,konsep,rancangan hidup seseorang dimasa yang akan datang sesuai keinginan yang mereka gambarkan yang sifatnya bukan spesifik pada suatu bidang, yang bertujuan untuk :

1.       Membentuk pola pikir yang tangguh dan pekerja keras karna mereka punya tujuan.
2.       Mempunyai sikap tidak mudah puas dalam mendapatkan sesuatu.
3.       Tidak mudah putus asa walaupun sering kali jatuh bangun dalam proses hidupnya.
4.       Slalu optimis dan berfikir luwes dalam proses hidup yang dihadapinya.
5.       Berfikir Kedepan karena punya tujuan jangka panjang.
6.       Selalu menjadikan objek positif yang mereka lihat menjadi motivasi dalam hidupnya.
7.       Berfikir positif.
8.       Dll (mungkin banyak tambahan dari pembaca).

Dari uraian diatas kita bisa simpulkan bahwa cita-cita bukanlah sekedar harapan semata tapi lebih membentuk pola pikir dan sikap atau perilaku kita dalam memahami perkembangan hidup. Dan inilah yang perlu kita sebarkan untuk meluruskan berbagai pendapat yang sifatnya menjatuhkan mental generasi yang akan datang. Dan perlu kita perkenalkan mulai dari usia remaja, baik itu setelah lulus SMA mau melanjutkan pendidikan kemana dan jurusan apa? Sesuai dengan rancangan dan keinginan yang jelas sehingga menimbulkan semangat belajar yang luar biasa dan sikap optimistis dalam situasi yang sulit sekalipun.
   
Mungkin ini kelihatannya sepele, tapi ini sangat mempengaruhi semangat dan pola pikirnya dalam seseorang dalam menjalani apa yang dia kerjakan. Sabagai contoh setelah lulus SMA dan mau melanjutkan Keperguruan Tinggi banyak diantara kita dalam memilih jurusan tidak tau arah mana yang akan diambil dan sesuai dengan bakat atau  keinginan kita, sehingga dalam proses PBM (Proses Belajar Mengajar) kurangnya semangat dan kreatifitas dalam menjalaninya sehingga menghasilkan output yang biasa-biasa saja.
   
Hal-hal seperti inilah perlu kita perkenalkan dimulai dari diri kita sendiri, keluarga (adik/kakak), teman-teman, yang bisa kita rangkul dan dapat melahirkan generasi-generasi yang optimis dalam menatap hari esok, pastinya tidak takut lagi dalam menyatakan “Saya Siapa” dan “Mau Jadi  Apa” sehingga  mengenali diri kita sendiri dan tau apa yang kita inginkan.  Karna saya yakin bahwa apa yang kita perlihatkan/perkenalkan ke publik secara tidak langsung itulah kesan/semangat yang kita berikan kepada mereka. Jika itu baik munculah hasil yang baik dan sebaliknya jika itu buruk mengahsilkan output yang buruk pula “Alam Takambang Jadikan Guru”. 

“jangan pernah takut  menyatakan “Saya Siapa” dan “Mau Jadi  Apa” (aznil)

“ apa yang kita perlihatkan/perkenalkan ke publik secara tidak langsung itulah kesan/semangat yang kita berikan kepada mereka. Jika itu baik munculah hasil yang baik dan sebaliknya jika itu buruk mengahsilkan kesan yang buruk pula” (aznil)

 Ditulis Oleh : Aznil Mardin #AM
 

Komentar

  1. (y) benar, semuanya memang sudah diatur oleh Allah, tapi Beliau memberikan kesempatan sebesar-besar untuk makhlukNYA memilih jalannya sendiri. Apakah akan memiliki/menentukan cita-cita sendiri atau sebaliknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. asni pernah bilang sama aznil begini... kak aznil, alangkah baiknya kita perkenalkan sama adek2 kita misalkan kuliah diluar negri thu gini-gini lho.... bagus... atau kalau udah kelas 3 nanti arahnya keperguruan tinggi apa, dan dia mau jadi apa?? bukan hanya gengsi milih jurusan ipa/ips aja.. jadi dia lebih siap menghadapinya..

      Hapus
    2. ide bagus, biar dari jauh hari mereka sudah mempersiapkan diri akan mencintai apa :)
      Di sisi lain nanti juga bagus untuk persepsi mereka bahwa IPA itu bukan jurusan terbaik dan IPS itu bukan jurusan kedua atau malah mengira jurusan bahasa itu adalah jurusan buangan bagi orang yang tidak masuk IPA dan juga tidak diterima di IPS. Kalau seandainya mereka memilih mencintai bahasa tertentu, tidak ada salahnya memilih bahasa. Ya..., begitulah kira-kira.
      Tapi ada baiknya memperkenalkan di luar bidang garapan kakak2 dan abang2nya.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tri Suryadi, S.E (Wali Feri) Pemimpin Cerdas Yang Lahir Dari Akar Rumput (Grass Root)

Tri Suryadi, S.E yang akrab disebut “Wali Feri” merupakan sosok yang saat ini menjadi buah bibir hampir disemua lapisan masyarakat Padang Pariaman, ketokohan dan sosok beliau dianggap cocok dalam memimpin daerah yang dijuluki "Piaman Laweh" itu kedepan. Kecerdasan, Kesantunan dan Karakter yang kuat dalam diri beliau, membuat dia mudah menyatu dan diterima dalam semua kalangan serta lapisan masyarakat. Tri Suryadi, S.E merupakan tokoh dan seorang politisi muda yang cerdas, kritis, dan berkararkter kuat. Kecerdasan dan karakter beliau yang khas ditengah-tengah masyarakat bukanlah terlahir secara “instan” begitu saja dan semua itu juga diakui oleh kawan dan "lawan" politiknya dipadang pariaman, karna sebelum seperti sekarang ini sosok seorang Wali Feri memanglah benar-bernar terlahir dari akar rumput (grass root). Wali Feri saat ini juga aktif sebagai Mahasiswa Magister Sosial Politik Unand,  beliau sempat merantau kenegeri orang sebelum memutuskan pulang kam

"Minang" Pai, Tingga "Kabau" (isu kontemporer peradapan minang dan islam)

Oleh: AznilM Adat basandi syarak, syarak basandi khitabulah (Adat Bersendi Syarak,Syarak Bersendi Kitabullah), merupakan kerangka filosofis orang Minangkabau yang menjadikan islam sebagai landasan utama dalam kehidupan sosial dan kelembagaan masyarakat minangkabau selama ini. Namun nilai-nilai dan filosofi itu sendiri sudah mulai tergerus dan terkiris oleh sebagian oknum  pemuka adat/pemerintahan yang tidak menjadikan lagi "surau (mesjid)" sebagai lembaga tertinggi dalam mempertahankan peradaban minang dan islam dimasa yang akan datang. Banyak kita temukan masjid yang kosong (kecuali Jum'at) di daerah tertentu, bahkan azan pun tidak ada. dan juga banyak kita temukan oknum pemuka adat/pemerintahan, serta generasi muda yang tidak menunjukan karakter positif dan jauh dari syariat agama. Miris memang..! Mereka berbicara adat hanya dalam tatanan "bajenjang naiak, batanggo turun" (dalam sebuah organisasi yg sifatnya struktural atau hanya cara adat/perkawi